Sepulang lembur kerja, sekira pukul 10.30 malam, balikpapan sedang basah habis diguyur hujan yang cukup deras dan menyisakan beberapa rintik hujan penghantar dingin yang sempurna malam ini. Sial, baru tersadar kalau jaket saya tertinggal di ruang kerja saya di lantai empat ketika sudah berada di parkiran. Hmm, kembali mengambil jaket bukanlah ide yang baik di waktu menjelang tengah malam ini. Ah, faktor umur memang tidak bisa dibohongi.
Gunung sari - kilometer 5 bukanlah jarak yang dekat, ditambah lagi cuaca yang sedang dingin. Dalam hati membayangkan burjo hangat-hangat di tengah kekuyupan dingin ini, dan.... Ah, sangat sempurna ketika melewati warung pakde narto di kilometer 0,5 belum tutup di pukul 11 malam. \o/
Lokasi warung pakde narto ini ada di kilometer 0.5, sekitar seberang pemakaman umum muara rapak, antara straat satu dan rajawali photo.
Sembari mengusapkan dua telapak tangan saya yang katanya mitos penghilang dingin, saya memasuki warung ini. Hmm, dan malam ini tampak cukup ramai. Tempatnya cukup cozy, ada beberapa meja untuk lesehan, juga ada beberapa meja dan kursi duduk.
Sembari mengusapkan dua telapak tangan saya yang katanya mitos penghilang dingin, saya memasuki warung ini. Hmm, dan malam ini tampak cukup ramai. Tempatnya cukup cozy, ada beberapa meja untuk lesehan, juga ada beberapa meja dan kursi duduk.
Saya memilih meja lesehan dengan bubur kacang ijo panas dan roti bakar keju yang menjadi pesanan saya. Sangking panasnya, untuk memotret si burjo, saya mesti menunggu sesaat supaya agak dingin. Bukan apa-apa, lensanya selalu beruap. Haisssssh! Keinginan menyeruputnya panas-panas pun mesti tertunda.